Waktu menunjukan pukul 14.30 sore, langkah kaki terus
berjalan menuju suatu ruangan yang terlihat baru dan minimalis. Ruangan ini
dulunya tidak ada, namun baru-baru ini ruangan tersebut ada di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Tepatnya di jalan dinoyo, saya bertanya pada
seorang penjaga ruangan tersebut. Namun, sayangnya tidak bisa bertanya terlalu
lama, karena penjaga tersebut yang merupakan karyawan kampus di bagian admisi, bernaung
dibawah LPKS, tidak memiliki wewenang untuk menjawab semua pertanyaan yang saya
ajukan.
Saya mencoba menjelaskan maksud dan tujuan, barulah si
penjaga itu menunjukan suatu tempat untuk saya datangi dan memperoleh banyak
informasi yang ingin diketahui. Seketika saya pun langsung bergegas menuju ke
lantai empat gedung b. Saya mencari seorang wanita yang bernama Sisil begitu si
penjaga tadi memanggilnya. Setelah menunggu dan menunggu, selang lima menit
saya pun bertemu dengan Ibu Sisil. Ternyata beliau sangat cantik dan tidak
sombong, ia adalah Ketua Pusat Promosi dan Admisi (LPKS) yang memiliki nama
lengkap Caecilia Setya Budi W., M.Si.
Setelah hampir enam menit mewawancarai beliau, saya
pun bergegas pulang dan mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah
diberikan. Sesuai dengan jabatannya sebagai Ketua Pusat Promosi dan Admisi
(LPKS) pertanyaan yang ingin saya ketahui pun terjawab sudah mengenai fasilitas
pelayanan baru yang ada di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yakni
ruangan Admission Center yang berada di dekat Lobi kampus.
Gedung tua dengan aksen batu bata yang menjadi design interior di sekeliling kampus
tersebut menjadi daya tarik tersendiri. Selain lokasi yang berada di pusat
kota, kampus Widya Mandala juga merupakan kampus swasta yang terus melakukan
perbaikan, baik dari segi fasilitas dan pelayanan kampus.
Keesokan harinya, terik matahari yang mencekik siang
itu, 22 April 2014 tidak memudarkan semangat seorang laki-laki yang bernama
Dandi Setiabakti. Ia adalah salah satu dari sekian banyaknya calon mahasiswa
baru yang akan mendaftar di Universitas swasta tersebut. Dandi tidak sendiri,
ia bersama kedua orang tuanya yang jauh-jauh datang dari Kota Tuban.
Saat memasuki area lobi kampus, Dandi masih
mengerutkan keningnya. Seketika ia pun melihat ruangan admission center yang berada tidak jauh dari pintu masuk kampus,
dan ia menuju ke ruangan tersebut bersama kedua orang tuanya. Seketika hawa
sejuk dan nyaman menerjang kulit Dandi dan kedua orang tuanya, penjaga ruangan
sudah menunggu di meja yang kosong. Saat itu Dandi mulai melakukan proses
pendaftaran, namun Ayah Dandi yang lebih aktif membantu jalannya proses
pendaftaran tersebut.
Dandi berasal dari SMA N 1 Tuban, ia memilih
melanjutkan studi di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, karena
mendapatkan referensi dari Ayahnya, yang memang juga memeluk agama katolik.
Menurutnya kampus yang dipilih sudah tepat karena sesuai pendapat sang Ayah kampus Widya Mandala ini melakukan
perbaikan terlihat dari ruangan admission
center yang baru.
Meskipun dahulunya hanya menggunakan sistem loket, namun
saat ini untuk mendaftar sudah ada ruangan yang tersedia sehingga membuat
mereka menjadi lebih nyaman. Ternyata kakak ipar Dandi adalah alumni dari
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, sehingga Ayah Dandi mengetahui
tentang sistem loket yang dulu digunakan kampus ini untuk pendaftaran mahasiswa
baru.
Itu pula alasan yang melatarbelakangi Ayah Dandi,
dalam memilih melakukan pendaftaran secara regular, karena menurutnya bagai
“menyelam sambil minum air” selain mendaftar mereka juga dapat melihat lokasi
kampus yang dituju baik dari segi fasilitas dan lain-lain. Hal ini pula yang
menggambarkan ibarat “tak kenal maka tak sayang”.
Fakta ini juga diperkuat dari penjelasan Ibu Sisil bahwa
lebih banyak orang tua calon mahasiswa yang memilih untuk mendaftar dengan cara
manual, karena bisa sekaligus bertanya-tanya, membayar uang kampus, dan melihat
lokasi kampus. Pada saat saya mewawancarai beliau ia menjelaskan tujuan dari
dibangunnya fasilitas pelayanan admission
center yang baru ini.
Secara tidak langsung pihak kampus sendiri ingin
memberikan fasilitas yang terbaik bagi calon mahasiswa, orang tua, dan
guru-guru dari sekolah kerjasama yang mendaftarkan muridnya untuk menjadi calon
mahasiswa di Widya Mandala. Dengan ruangan yang baru berdiri pada akhir tahun
2013 lalu dan mulai digunakan pada awal 3 Januari 2014, membuat ruangan admission center ini terlihat mencolok
diantara ruangan lainnya.
Memang sengaja, design
dari ruangan tersebut dirancang dengan apik oleh Lembaga Pengembangan dan
Kerjasama (LPKS) dengan memilih warna merah dan putih pada cat tembok ruangan, yang
sesuai dengan warna korporasi dari Universitas. Ruangan yang berfungsi sebagai
tempat pendaftaran mahasiswa baru ini buka pada pukul 07.00-16.00 WIB untuk
Senin-Jum’at, pukul 07.00-13-.00 WIB untuk hari sabtu, dan hari minggu tutup.
Tidak ada perbedaan dari satu meja dengan meja yang
lainnya. Semuanya sama, melakukan layanan untuk penerimaan mahasiswa baru. Dengan
menggunakan design kaca yang
transparan hal ini memiliki alasan tersendiri, gunannya untuk membantu orang
yang baru masuk kampus Universitas Katolik Widya Mandala lebih mudah mencari
lokasi tempat pendaftaran bagi mahasiswa baru. Begitulah yang terjadi pada saat
Dandi mencari ruangan admission center
tersebut, ia tidak perlu mengelilingi kampus dan bertanya berkali-kali pada orang
banyak, yang biasanya terjadi di kampus lain. Ia termasuk pada 1.162 dari
jumlah total mahasiswa baru saat ini yang masuk di Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya.(Jen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar