A

Senin, 20 Oktober 2014

Tak Kenal, Maka tak Sayang

Aksen yang baru dan nyaman untuk calon mahasiswa, berada di pusat kota menjadi daya tarik bagi Dandi dan kedua orang tuanya dalam memilih Universitas di Surabaya. Pemilihan sistem manual menjadi pilihan mereka bak “menyelam sambil minum air”.


Waktu menunjukan pukul 14.30 sore, langkah kaki terus berjalan menuju suatu ruangan yang terlihat baru dan minimalis. Ruangan ini dulunya tidak ada, namun baru-baru ini ruangan tersebut ada di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Tepatnya di jalan dinoyo, saya bertanya pada seorang penjaga ruangan tersebut. Namun, sayangnya tidak bisa bertanya terlalu lama, karena penjaga tersebut yang merupakan karyawan kampus di bagian admisi, bernaung dibawah LPKS, tidak memiliki wewenang untuk menjawab semua pertanyaan yang saya ajukan.

Saya mencoba menjelaskan maksud dan tujuan, barulah si penjaga itu menunjukan suatu tempat untuk saya datangi dan memperoleh banyak informasi yang ingin diketahui. Seketika saya pun langsung bergegas menuju ke lantai empat gedung b. Saya mencari seorang wanita yang bernama Sisil begitu si penjaga tadi memanggilnya. Setelah menunggu dan menunggu, selang lima menit saya pun bertemu dengan Ibu Sisil. Ternyata beliau sangat cantik dan tidak sombong, ia adalah Ketua Pusat Promosi dan Admisi (LPKS) yang memiliki nama lengkap Caecilia Setya Budi W., M.Si.

Setelah hampir enam menit mewawancarai beliau, saya pun bergegas pulang dan mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan. Sesuai dengan jabatannya sebagai Ketua Pusat Promosi dan Admisi (LPKS) pertanyaan yang ingin saya ketahui pun terjawab sudah mengenai fasilitas pelayanan baru yang ada di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yakni ruangan Admission Center yang berada di dekat Lobi kampus.

Gedung tua dengan aksen batu bata yang menjadi design interior di sekeliling kampus tersebut menjadi daya tarik tersendiri. Selain lokasi yang berada di pusat kota, kampus Widya Mandala juga merupakan kampus swasta yang terus melakukan perbaikan, baik dari segi fasilitas dan pelayanan kampus.

Keesokan harinya, terik matahari yang mencekik siang itu, 22 April 2014 tidak memudarkan semangat seorang laki-laki yang bernama Dandi Setiabakti. Ia adalah salah satu dari sekian banyaknya calon mahasiswa baru yang akan mendaftar di Universitas swasta tersebut. Dandi tidak sendiri, ia bersama kedua orang tuanya yang jauh-jauh datang dari Kota Tuban.

 Saat memasuki area lobi kampus, Dandi masih mengerutkan keningnya. Seketika ia pun melihat ruangan admission center yang berada tidak jauh dari pintu masuk kampus, dan ia menuju ke ruangan tersebut bersama kedua orang tuanya. Seketika hawa sejuk dan nyaman menerjang kulit Dandi dan kedua orang tuanya, penjaga ruangan sudah menunggu di meja yang kosong. Saat itu Dandi mulai melakukan proses pendaftaran, namun Ayah Dandi yang lebih aktif membantu jalannya proses pendaftaran tersebut.

Dandi berasal dari SMA N 1 Tuban, ia memilih melanjutkan studi di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, karena mendapatkan referensi dari Ayahnya, yang memang juga memeluk agama katolik. Menurutnya kampus yang dipilih sudah tepat karena sesuai pendapat  sang Ayah kampus Widya Mandala ini melakukan perbaikan terlihat dari ruangan admission center yang baru.

Meskipun dahulunya hanya menggunakan sistem loket, namun saat ini untuk mendaftar sudah ada ruangan yang tersedia sehingga membuat mereka menjadi lebih nyaman. Ternyata kakak ipar Dandi adalah alumni dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, sehingga Ayah Dandi mengetahui tentang sistem loket yang dulu digunakan kampus ini untuk pendaftaran mahasiswa baru.

Itu pula alasan yang melatarbelakangi Ayah Dandi, dalam memilih melakukan pendaftaran secara regular, karena menurutnya bagai “menyelam sambil minum air” selain mendaftar mereka juga dapat melihat lokasi kampus yang dituju baik dari segi fasilitas dan lain-lain. Hal ini pula yang menggambarkan ibarat “tak kenal maka tak sayang”.

Fakta ini juga diperkuat dari penjelasan Ibu Sisil bahwa lebih banyak orang tua calon mahasiswa yang memilih untuk mendaftar dengan cara manual, karena bisa sekaligus bertanya-tanya, membayar uang kampus, dan melihat lokasi kampus. Pada saat saya mewawancarai beliau ia menjelaskan tujuan dari dibangunnya fasilitas pelayanan admission center yang baru ini.

Secara tidak langsung pihak kampus sendiri ingin memberikan fasilitas yang terbaik bagi calon mahasiswa, orang tua, dan guru-guru dari sekolah kerjasama yang mendaftarkan muridnya untuk menjadi calon mahasiswa di Widya Mandala. Dengan ruangan yang baru berdiri pada akhir tahun 2013 lalu dan mulai digunakan pada awal 3 Januari 2014, membuat ruangan admission center ini terlihat mencolok diantara ruangan lainnya.

Memang sengaja, design dari ruangan tersebut dirancang dengan apik oleh Lembaga Pengembangan dan Kerjasama (LPKS) dengan memilih warna merah dan putih pada cat tembok ruangan, yang sesuai dengan warna korporasi dari Universitas. Ruangan yang berfungsi sebagai tempat pendaftaran mahasiswa baru ini buka pada pukul 07.00-16.00 WIB untuk Senin-Jum’at, pukul 07.00-13-.00 WIB untuk hari sabtu, dan hari minggu tutup.

Tidak ada perbedaan dari satu meja dengan meja yang lainnya. Semuanya sama, melakukan layanan untuk penerimaan mahasiswa baru. Dengan menggunakan design kaca yang transparan hal ini memiliki alasan tersendiri, gunannya untuk membantu orang yang baru masuk kampus Universitas Katolik Widya Mandala lebih mudah mencari lokasi tempat pendaftaran bagi mahasiswa baru. Begitulah yang terjadi pada saat Dandi mencari ruangan admission center tersebut, ia tidak perlu mengelilingi kampus dan bertanya berkali-kali pada orang banyak, yang biasanya terjadi di kampus lain. Ia termasuk pada 1.162 dari jumlah total mahasiswa baru saat ini yang masuk di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.(Jen)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates